Jumat, 11 Desember 2009

Treatmen Misteri Mas Kumambang

DESA SUMBER PODANG
Sulastri
Prasetya
Ki Wangsadrana
Nyi Wangsa

Sulastri (Setan)
Tukang jaga gerdu

KABUPATEN PANJER
Bupati Pranajaya
Garwa Prameswari
Raden Sasongko
Patih Setyayuda
Tumenggung Singopati
Wiro Dogel
Saru Wani

DESA MBETHEK
Sura Jaduk
Para Kraman

PADEPOKAN NGADILUWIH
Repat
Resi Dipasrana

KASATRIYAN
Para Putri-putri

Wong Desa Lanang
Wong Desa Wadon


Plot cerita
Misteri Mas Kumambang


Adegan I : Ladang
Peraga : Prasetya – Sulastri – Ki Wangsadrana/Istri
Seting : Mega
Property : Gisik/bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Sulastri anak Ki Wangsadrana dengan membawa makanan dan minuman pergi mengirim Prasetya seorang pemuda pujaan hatinya yang sedang mencangkul di sawah. Setelah beberapa saat istirahat sambil melepas rindu kemudian mereka berdua saling mengucapkan sumpah cinta sehidup semati. Ki Wangsadrana dan istrinya sangat bahagia melihat anak perempuanya telah mendapatkan calon suami seorang pemuda yang baik hati penuh budi pakerti.
Segera Ki Wangsadrana mempercepat rencana pernikahan anaknya.



Adegan II : Kuburan
Peraga : Mayat Sulastri
Seting : Mega
Property : Gisik/bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Suasana hening di puncak Gunung Maskumambang tiba-tiba menjadi seram mencekam, Kuburan yang berada di bawah pohon besar itu tiba-tiba meledak dan keluar dari dalam kubur sesosok ujut yang mengerikan dengan tertawa sesekali merintih mengerikan.







Adegan III : Gardu/ Pos Ronda
Peraga : Dua orang penjaga gardu-mayat Sulastri
Seting : Mega
Property : Pohon2 – kenthongan – lampu ting

Dua orang penjaga gardu sedang meronda. Salah seorang peronda samar-samar mendengar suara wanita yang sedang menangis. Betapa terkejut dan takutnya dua orang peronda tersebut ketika mengetahui bahwa si pemilik suara adalah sesosok mahkluk yang mengerikan, seketika kedua orang peronda itu lari terbirit-birit.



Adegan IV : Tapal batas Kabupaten Panjer
Peraga : Surajaduk-para kraman-ptih dan prajurit Panjer
Seting : Mega
Property : Tugu perbatasan – rumput pepohonan

Pertempuran antara para prajurit Kabupaten Panjer dan para kraman berakhir dengan tertangkapnya Surajadug pimpinan para kraman.



Adegan V : Padepokan Ngadiluwih (REPAT)
Peraga : Ponokawan-Resi Dipasrana-Prasetya
Seting : Rumah Desa
Property : Meja kursi – kendi

Resi Dipasrana yang merasa sudah tua dan tidak mampu melanjutkan tugas sebagai pengasuh padepokan meminta kepada Prasetya agar bersedia menjadi penggantinya, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Prasetya menerima permintaan gurunya tersebut. Setelah memberi wejangan-wejangan kepada Prasetya akhirnya Resi Dipsrana pergi meninggalkan padepokan untuk menjalankan tapa ngrame.

Adegan VI : Pendapa Kabupaten Panjer
Peraga : Bupati Pranajaya-Garwa Prameswari-Raden Sasongko-Patih Setyayuda-Tumenggung Singopati-Wiro Dogel-Saru Wani-Surajadug-Wangsadrana-nyai Wangsa

Seting : Mega
Property : Gisik /bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Surojadug yang telah menjadi tawanan di hadapkan kepada Bupati Pronojoyo. Ketika Bupati bertanya apa alasan Surojadug sehingga berani mendirikan kraman untuk membuat kekacauan di kabupaten Sidomulyo Surojadug menjawab bahwa tingkah laku putra Bupati yang suka mengumbar kesenangan di atas penderitaan rakyatlah penyebab atas semua tindakanya. Akhirnya Surojadug menerima keringanan atas hukuman yang harus dia terima. Tak lama kemudian datang Ki Wongsodrono beserta istri untuk mencari anaknya yang telah di boyong Raden Sasongko. Betapa terkejut Ki Wongso ketika dia mendapat perlakuan yang tidak pernah dia bayangakan sebelumnya, Ki Wongso yang di anggap telah melecehkan nama putra Bupati itu segera di usir dari pendapa kabupaten Sidomulya. Ki Wongso dan istri yang merasa malu dan sakit hati terpaksa harus pulang dengan hati risau karena khawatir dengan nasib anak perempuanya yang tidak bisa dia temui.



Adegan VII : Kasatriyan
Peraga : Raden Sasangka-para puti-mayat Sulastri
Seting : Senthong (Kamar tidur)
Property : Meja kursi – dipan – minuman arak

Raden Sasangka yang sedang pesta minuman keras dengan ditemani para putri-putri tiba-tiba kejang, matanya mendelik, lidahnya menjulur keluar. Setelah Raden Sasangka tewas nampaklah sesosok wujud yang mengerikan dengan posisi tanganya mencekik leher Raden Sasangka. Melihat hal seperti itu para putri menjerit ketakutan dan lari tunggang langgang.
Adegan VIII : Desa Sumber Podang (rumah Ki Wangsadrana)
Peraga : Wangsadrana-nyai Wangsa-mayat Sulastri
Seting : Rumah Desa
Property : Meja kursi – teplok/lampu gantung

Ki Wangsadrana hanya terdiam melihat istrinya yang selalu menangis siang dan malam karena memikirkan Sulastri yang tidak jelas bagaimana nasibnya. Ki Wangsa tidak dapat berbuat apa-apa selain menyesali perbuatanya. Namun suasana yang mengharukan seperti itu segera berubah, kaget bercampur gembira menghinggapi hati Ki Wangsa dan istrinya, betapa tidak, Sulastri yang membuat hati mereka kalut tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua, Sulastri pulang dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, wajahnya pucat pasi dan pakaian agak compang camping. Segera mereka berdua memeluk anak perempuan yang mereka nanti-nantikan kedatangannya itu. Di saat Ki Wangsa memeluk Sulastri tiba-tiba ujud sulastri berubah menjadi sosok yang menakutkan, Ki Wangsa segera menyambar tangan istrinya dan lari meninggalkan hantu Sulastri.



Adegan IX : Alun-alun Kabupaten Panjer
Peraga : Bupati Pranajaya-Garwa Prameswari-Patih Setyayuda-Tumenggung Singopati-Wiro Dogel-Saru Wani-Wong desa lanang/wadon-putri-putri-Wangsadrana-nyai Wangsa-Resi Dipamuda

Seting : Mega
Property : Pagar tembok – pepohonan

Bupati Pranajaya dan seluruh penghuni istana kabupaten juga beberapa kawula dengan wajah ketakutan berkumpul di alun-alun. Hati Bupati Pranajaya bertambah guncang ketika mendapat laporan bahwa Raden Sasangka tewas di tangan hantu yang menggegerkan kabupaten Panjer. Atas saran Ki patih akhirnya Bupati Pranajaya meminta bantuan Wasi Dipamuda. Dari keterangan beberapa saksi termasuk Ki Wangsadrana **** Wasi Dipamuda menyimpulkan bahwa hantu tersebut adalah arwah Sulastri yang menuntut balas atas perlakuan Raden Sasangka terhadap diri Sulastri. Akhirnya Wasi Dipamuda mengajak semua orang yang ada di alun-alun pergi ke Gunung Mas Kumambang untuk membuktikan.



Adegan II : Kuburan
Peraga : Bupati Pranajaya-Garwa Prameswari-Patih Setyayuda-Tumenggung Singopati-Wiro Dogel-Saru Wani-Wong desa lanang/wadon-putri-putri-Wangsadrana-nyai Wangsa-Resi Dipamuda-mayat Sulastri
Seting : Mega
Property : Gisik/bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Setelah Wasi Dipamuda berpesan agar jangan ada orang yang mendekati dirinya kemudian dia bersemadi. Sukma Wasi Dipamuda bertemu dengan hantu Sulastri yang kemudian berubah menjadi ujud Sulastri gadis desa yang cantik jelita. Wasi Dipamuda meminta agar Sulastri tidak lagi membuat geger di kabupaten Panjer. Sulastri menerima permintaan Wasi Dipamuda dengan syarat Wasi Dipamuda harus bisa membuktikan sumpah cinta sehidup semati Prasetya terhadap Sulastri, Wasi Dipamuda yang sebenarnya adalah Prasetya itu langsung memeluk erat tubuh wanita yang sangat dia cintai seakan akan dia tidak mau kehilangan Sulastri untuk yang kedua kali. Kemudian kedua Sukma tersebut pergi meninggalkan badan wadag Prasetya yang sudah tidak bernyawa, Prasetya mati untuk menepati janji. Kedua sukma yang terus berpelukan itu kemudian memudar menjadi dua sinar yang terbang jauh tinggi ke langit bagaikan Prasetya dan Sulastri yang sedang berkejar kejaran penuh cinta sejati di ladang Sumberpodang.

Senin, 30 November 2009

Naskah Ontran-ontran Waringin Sapta

SINOPSIS

Waringin Sapta adalah nama sebuah negara yang gemah ripah lohjinawe. Tetapi Prabu Jayawarsa sebagai penguasa kerajaan tidak memiliki putra mahkota sebagai pewaris tahta karena sang permaisuri hanya melahirkan seorang wanita yang di beri nama Dewi Kumalasari.
Pada suatu hari sang Prabu Jayawarsa mengadakan sayembara pilih jodoh untuk mencarikan pendamping puterinya, agar kelak bila sang puteri setelah di nobatkan menjadi Ratu di kerajaan Waringin Sapta ada seorang suami yang tangguh dalam segala hal guna mendapingi puterinya dalam memegang tampuk kekuasaan.
Ketika sayembara berakhir terjadilah kegaduhan karena para pamupu sayembara yang kesemuanya berstatus Adipati dan Pangeran tidak ada yang terpilih melainkan seorang jejaka desa bernama Jaka Panuluhlah yang terpilih sebagai suami Dewi Kumalasari.
Pertempuran demi memperjuangkan nafsu masing-masing akhirnya terjadi hingga memaksa Sang Maha Prabu Gurnita seorang Raja diraja dari kerajaan Nusa Bawana turun tangan menyelasaikan
ONTRAN ONTRAN WARINGIN SAPTA.


CASTING

I. PRAJA WARINGIN SAPTA

Dewi Kumalasari : Tika
Para Puteri Kedaton : Tata – Widya – Rahayu – Mila
Vira – Yuli
Prabu Jaya Kumara : Dody Eko Wijayanto SH.Mhum
Garwa Prameswari : Sika
Resi Kunto Manik : Budi Hartanto
Patih Jaya Wasesa : Totok Sontro
Para Puteri Keraton : Uswatun –Emi – Nita – Vitroh
Weni - Hima
Para Prajurit : Yasin – Dody – Giyanto – Didit

II. TAPAL BATAS KERAJAAN WARINGIN SAPTA

Repad/ Dagelan : Roy Jambul – Jhony Sonata
Prajurit tapal batas : Eko - Junaedi
Adipati Gebang Wetan : Joko Rektor
Adipati Gagak Cemani : Jimy
Adipati Karang Gading : Yohanes
Adipati Barad Madya : Trisna
Pangeran Somajaya : Agus
Pangeran Galih Aking : Sasono
Joko Panuluh : Triono

III. NUSA BAWANA
Maha Prabu Gurnita : Heru/ Prayit
Patih Badra Sengara : Sutrisna
Senapati Badra Yuda :
Senapati Badra Pati :

Nyai Adipati Gebang Wetan: Ibu Wulan



ADEGAN I

Taman Kaputren Waringin Sapta



PERAGA

Dewi Kumalasari – Para Puteri - Prabu Jaya Kumara - Garwa Prameswari - Patih Jaya Wasesa – Resi Kuntamanik



PROPERTY

Dua kursi Raja – Satu Kursi Resi – Satu kursi Patih



KETERANGAN

Dewi Kumalasari sedang bersenda gurau dan bernyanyi bersama para putri-putri kemudian datang Prabu Jaya Kumara.
Prabu Jaya Kumara yang berkeinginan mewariskan tahta Kerajaan Waringin Sapta kepada puteri semata wayangnya tersebut menginginkan sebelum dinobatkan menjadi Ratu, Dewi Kumalasari di haruskan memilih calon suami yang tangguh dalam segala hal agar kelak dapat mendapinginya dalam memegang tampuk kerajaan.
Atas saran Resi Kuntamanik dan Patih Jayawarsa akhirnya Prabu Jaya Kumara menyuruh Patih Jayawarsa pengumuman sayembara PILIH JODOH.

Setelah para puteri selesai menyanyikan beberapa lagu Pop dan campursari, kemudian Dewi Kumalasari mengajak para puteri bercengkrama.


DIALOG

1. Dewi Kumalasari
Yayi kadangku kabeh, kene-kene rada cedak lungguhmu.

2. Putri I
Ingih kangmbok mangga – mangga , kulo derekaken.

3. Putri 2
Kangmbok, kula tasih kepingin dedolanan malih lho?.

4. Dewi Kumalasari
Iya-iya yayi, Jroning suka kudu tetep eling lan waspada, Aku matur nuwun dene sliramu kabeh bisa gawe senenge atiku.

5. Putri 3
Kangmbok, sedoyo sampun dados kuwajiban kula sakadang.

6. Putri 4
Leres kangmbok, menawi penjenengan katingal lejar ing manah, kulo sakadang ugi nderek bagia mulya.

7. Dewi kumalasari
Iya iya yayi matur nuwun banget
Kemudian Prabu Jayawarsa bersama permaisuri di ikuti Patih Jayawarsa dan Resi Kuntamanik datang ketempat para Putri-putri.


8. Para putri (serempak)
Kanjeng Rama, sarawuh panjenengan kula ngaturaken sembah pangabekti.

9. Prabu Jaya Kumara
Iya iya putraku kabeh tak tampa sembahmu..
(kemudian berpaling ke arah Kumalasari)
Kumalasari anaku bocah ayu, lagi podo opo jroning taman sari nini. ndak jaluk sing pinter lan pratitis anggonmu nggula wenthah kabeh para putri. jalaran, maju mundure negoro iku ora amung gumantung marang akehing prajurit lan landeping bedomo. Nanging kaum putri uga handarbeni kuwajiban tumandang hanyengkuyung maju lan ngrembakane Negara.

10. Dewi Kumalasari
Inggih ngestok’aken dawuh.
Kanjeng Ibu, sarawuh panjenengan kula ngaturaken sembah pangabekti.

11. Permaisuri
Tak tampa sungkemu kanthi bungahing atiku nini Kumalasari.


12. Prabu Jaya Kumara
Nini Kumalasari bocah ayu?.

13. Dewi Kumalasari
Dawuh katimbalan Rama?

14. Prabu Jaya Kumara
Eyangmu Resi lan Pamanmu Patih uga seba, mula di prayogakne ya nini?
(Kumalasari mengangguk dengan sopan dan anggun)



15. Resi Kunto Manik
Sinuwun menawi kula nyawang kahanan engkang kados mekaten lajeng nelangsa raosing manah kula.

16. Prabu Jaya Kumara
Kenging menapa mekaten Bapa?
(Belum sempat mendapat jawaban dari sang Resi tiba-tiba Patih nimbrung)

17. Patih Jaya Wasesa
Nuwun sewu sinuwun kepareng matur
(Explor fuull humor sampai dengan Prabu Jaya Kumara melerai perselisihan patih dengan Resi)

(Kemudian)

18. Prabu Jaya Kumara
Cukup!…….Cukup! Kok malah pada padudon dewe-dewe.
Diajeng, sajak ana kang bakal mbok aturake marang panjenenganingsun?

19. Permaisuri
Nyadong duka sinuwun, keparenga kula bade dangu engkang putra.

20. Prabu Jaya Kumara
Oo o o o kaya ngana, Iya ya dak keparengake.

21. Permaisuri
Nini kumolasari, apa to sababe nini Kumolosari kok durung gelem winengku ing kakung?


22. Prabu Jaya Kumara
Bener dawuhe ibumu nini. Apa maneh sliramu bakal nampa lintiring kepraboning Waringin Sapto. Kudune sliramu enggal madik madik satria pinangka kakungmu.

23. Dewi Kumolosari
Rama kepareng matur, kula purun winengku ing kakung lamun pria kalawau anggadahi kalangkungan engkang trep kalian pangidam idam kula.

24. Prabu Jaya Kumara
Bapa Resi, kados pundi menggah pamrayogi ndika?

25. Resi Kunto Manik
Menawi saking pamanggih kawula inggih kedah dipun wontenaken sayembara pilih, kanthi mekaten engkang putra saget manggihaken stria kados engkang dipun kersak’aken.

26. Prabu Jaya Kumara
Inggih-inggih prayoginipun pancen kados mekaten Bapa.

(Kemudian Prabu Jaya Kumara menghutus Patih Jaya Wasesa)

Marang sira Patih Jaya Wasesa, wiwit dina iki uga enggal nyebaro wara-wara kang isine ingsun Prabu Jaya Kumara nalendra Waringin Sapta nganak’akesayembara PILIH JODO.
Sakiki uga di tindak’ake.

27. Patih Jaya Wasesa
Nuwun sendika ngestok’aken dawuh.
(Kemudian Prabu Jaya Kumara membubarkan pertemuan tersebut)

ENDING
------



ADEGAN II

Tapal batas Kerajaan Glagah Wangi


PERAGA

Repad/ Dagelan - Adipati Gebang Wetan – Adipati Gagak Cemani - Adipati Karang Gading – Adipati Barad Madya – Pangeran Somajaya - Pangeran Galih Aking – Joko Panuluh - Prajurit panderek pamupu sayembara.



PROPERTY

Tugu tapal batas - Pohon-pohon dan batu-batuan.



KETERANGAN

Beberapa Ponokawan yang bertugas menjaga tapal batas kerajaan Waringin Sapta guna memandu para pamupu sayembara yang belum mengetahui arah kota raja Waringin Sapta sedang istirah dan bercengkrama. Tidak lama kemudian datang para rombongan pamupu sayembara, di antara pamupu sayembara ada seorang jejaka desa bernama jaka Panuluh yang selalu mendapat hinaan dari para Adipati dan Pangeran calon peserta sayembara.
Para pamupu sayembara yang selalu saling menjatuhkan mental calon pesaingnya itu kemudian oleh para Ponokawan di ajak menghadap Prabu Jaya Kumara.

Di saat ponokawan sedang asyik bersenda gurau tiba-tiba datang dua orang prajurit penjaga tapal batas menghampiri ponokawan


DIALOG

28. Prajurit panderek I
Heh kang….. kowe neng kene iki tugas jaga apa mung butuh guyon wae?

29. Jhony
Tergantung?

30. Prajurit panderek II
Kok tergantung?.... maksut eloh gimane?

31. Roy
He he he he….. Jhon, iki enek prajurit lulusan STKIP Jawa Barat.

32. Prajurit panderek I
Elo menghina ya ama gue?

33. Roy
Bukanye kite menghine ame kowe, masalae…… (Explor sesaat)

(Kemudian)
34. Prajurit panderek II
Heh heh sapa kae, katon mbreguduk tumuju mrene.

Kemudian datang para pamupu sayembara, setelah bertegur sapa dengan penuh humor untuk beberapa saat,

35. Adipati Gebang Wetan
Marang kabeh para kadang adipatilan para pamupu sayembara.

36. Para pamupu sayembara (serempak)
Inggiiiih………

37. Adipati Gagak Cemani
Wonten menapa kangmas!. Dene panjenengan nyandet lampah kula lan sadaya para kadang Adipati?

38. Pangeran Somajaya
Nuwun Sewu kangmas, wekdalipu selak sonten, mangga lampah menika enggal dipun kebat kemawon kersanipun enggal dumugi dateng Waringin Sapta.

39. Adipati Gebang Wetan
Heeee!!, yogene kowe malah mulang muruk marang aku!!.. Kowe kuwi pindane munthu katutan sambel, melu becik, yen ora ya malah prayoga, sajroning sayembara mengko ora-ora yen kowe sing bakal katompo, mula aja nggrisen nggriseni

40. Adipati Gagak Cemani
We.. lhadalah, lakok malah ngatonake songare. Iki mono sayembara, dadi panjenengan ora kena ngendika kaya mangkono kangmas

41. Pangeran Somajaya
Lan maneh, yen disawang satrio kabeh iki mengko mung aku sing katon bagus dewe, mula ora susah geger, jalaran mesti aku kang bakal di tampa ing sajroning sayembara pilih

42. Adipati Karang Gading
Eeeee lha tobil… lakok malah geger dewe-dewe iki piye to ya, lak ya kojur iki mengko?.
(Dengan suara keras melengking, tapi posisi tidak berubah)

43. Adipati Barad Madya
Lha iya to kakang, janjine mau rak ora nganggo geger- gegeran ta?
(Dengan ekspresi ketakutan akan terjadi keributan)


44. Adipati Gebang Wetan
Hiiis … cep meneng!.. yen ora wani ngadepi pakewuh ora usah melu ngethoprak.. Eh salah.. ora usah melu ngleboni sayembara

45. Pangeran Galih Aking
(Dengan sangat pede dan genit langsung tampil kedepan tepat di tengah-tengah para Adipati seakan-akan cari perhatian dari semua yang ada)
Woooo….. wong ngono wae kok pada geger, yen ora di tampa dening Kumalasari, aku ya gelem nampa lo??..

46. Semua dan serentak
Huuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!........

47. Joko Panuluh
Tiba-tiba Jaka Panuluh membuka suara dengan lantang dan tenang penuh wibawa
Nuwun sewu dumateng para Kanjeng Adipati lan Pangeran. Prayoginipun sampun ngantos regejean kemawon engkang tundanipun namung andadosaken padudon. Mangga enggal-enggal tumuju dateng Waringin Sapto, jalaran ing mrika mangke sadoyo saget mboktek’aken sinten engkang mimpang wonten ing salebeting sayembara pilih.

48. Adipati Gebang Wetan
Heh.. sapa kowe!.. nitik sandang panganggomu ora pokro nanging kowe komawani ngucap kang kurang prayoga.

49. Joko Panuluh
Kula Jaka Puspa, lare saking karang pradesan. Dene sedya kula sami kalian panjenengan sadaya.

50. Semua dan serentak
Ha ha ha ha ha ha ha ha ha………………
(Semua tertawa mengejek)

51. Joko Panuluh
Dengan tenang dan senyum dingin Jaka Panuluh menjawab
Nuwun sewu sedaya kemawon!!.. Wonten unen-unen jalma tan kena kinira


52. Semua dan serentak
Ha ha ha ha ha ha ha ha ha………………
(kembali semua tertawa mengejek)

53. Adipati Gebang Wetan
He kabeh para kadang Adipati lan pangeran, ora susah ngganggas bocah ndesa iki. Ayo enggal mbacutake laku tumuju menyang Warimngin Sapta.

54. Semua dan serentak
Mangga-mangga kangmas.

Adipati Gebang Wetan yang merasa menjadi paling unggul di antara yang lain mengajak semua melanjutkan perjalanan ke Waringin Sapta.

ENDING
-------



ADEGAN III

Alun-alun Waringin Sapta



PERAGA

Dewi Kumalasari – Para Puteri - Prabu Jaya Kumara - Garwa Prameswari - Patih Jaya Wasesa – Resi Kuntamanik - Prajurit Waringin Sapta - Repad/ Dagelan - Adipati Gebang Wetan – Adipati Gagak Cemani - Adipati Karang Gading – Adipati Barad Madya – Pangeran Somajaya - Pangeran Galih Aking – Joko Panuluh




PROPERTY

Pohon-pohon dan Pot-pot bunga



KETERANGAN

Prabu Jaya Warsa beserta keluarga dan nayaka menyambut kedatangan para pamupu sayembara.
Setelah memperkenalkan diri masing-masing dan sang Prabu menyampaikan kriteria serta aturan-aturannya maka segera di mulailah sayembara tersebut. Suasana menjadi penuh dengan humor ketika para Adipati dan pangeran menunjukan kemampuannya masing-masing sesuai kriteria sayembara. Para pamupu sayembara menjadi marah ketika pemenang sayembara pilih jodoh jatuh kepada Jaka Panuluh dan Akhirnya terjadilah ketegangan yang berujung dengan sebuah pertempuran antara Prajurit Waringin Sapta melawan Prajurit panderek pamupu.
Pertempuran antara Prajurit Waringin Sapta denganPrajurit panderek pamupu sayembara tidakada tanda-tanda siapa yang akan menjadi pemenang sampai akhirnya datanglah Sang Raja diraja yang bernama Maha Prabu Gurnita beserta Patih dan pengawal dari Kerajaan Nusa Bawana melerai pertemperuan tersebut.
Setelah Maha Prabu Gurnita mengetahui duduk permasalahannya akhirnya Maha Prabu Gurnita dengan penuh bijaksana memberi pengertian serta berpesan kepada Raja Waringin Sapta dan para Adipati pamancat agar memahami arti tentang sebuah pengabdian “ CATUR KARSA BAKTI”, 1. mengabdi kepada sang pencipta, 2. mengabdi kepada orang tua, 3. mengabdi kepada kejujuran kebenaran dan keadilan, 4. mengabdi kepada bangsa dan negara.
Dengan demikian maka terpilihnya Jaka Panuluh seorang jejaka desa sebagai suami Dewi Kumalasari adalah wujud dari sebuah demokrasi yang agung.


PROSESI ADEGAN SAYEMBARA PILIH

Setelah para pamupu sayembara berkumpul Prabu Jaya Kumara segera mengumumkan tata cara dan kriteria sayembara. Setelah selesai pengumuman tersebut sayembarapun akhirnya dimulai.
Urutan peragaan sayembara :

I. Adipati Gagak Cemani memperagakan MAGIC THE MASTER bak seorang Limbat.

II. Pangeran Somajaya memperagakan TALK HIM OUT bak Arjuna mencari cinta.

III. Adipati Karang Gading memperagakan BACA PUISI versi anak TK

IV. Adipati Barad Madya memperagakan KEBERANIAN bak Panji sang petualang.

V. Pangeran Galih Aking memperagakan KULINER. Di awali dengan berjalan kelihatan sangat gagah kemudian ketika bicara baru nampak feminimnya.

VI. Adiptati Gebang Wetan memperagakan KESAKTIAN. Para prajurit disuruh mencoba kesaktiannya dengan memukul dan menusuk Adipati Gebang Wetan memakai senjata keris, di saat Sang Adipati yang benar-benar kebal senjata itu berkoar karena merasa dialah yang pasti menang dalam sayembara tiba-tiba sang istri Adipati Gebang Wetan datang dengan wajah merah padam karena dibakar api cemburu dan lansung menghardik sang Adipati dengan tanpa ampun. Sang Adipati yang semula nampak gagah perkasa dan sakti mandraguna seketika berubah menjadi gerombolan SUAMI-SUMI TAKUT ISTRI. Akhirnya telinga sang Adiptai dijewer oleh sang istri dan kemudian diajak pulang. Semua peraga yang ada di panggung tertawa lepas merespon kejadian itu.

Setelah Adipati Gebang Wetan pergi Prabu Jaya Kumara bertanya kepada Dewi Kumalasari


DIALOG

55. Prabu Jaya Kumara
Ngger Kumalasari, apa sliramu dadi prawan kasep?, jalaran ora ana priya kang nyocok’i marang kekarepanmu?.

56. Dewi Kumalasari
Rama sampun kuwatos, jalaran jodo menika wonten astanipun gusti, tur ta menika tasih wonten setunggal enggang dereng ngetingalaken kelangkunganipun ing salebeting sayembara.

57. Prabu Jaya Kumara
Lho….. sapa?

58. Dewi Kumalasari
Menika rama….. (Menunjuk Jaka Panuluh)

59. Prabu Jaya Kumara
Woooo lhakok kaya ibune wae, yen weruh bocah bagus senajan kaling kalingan beteng sap pitu ya tetep weruh!....
(Explor humor secukupnya)

Kemudian Jaka Panuluh di suruh berjalan bak peragawan oleh Prabu Jaya Kumara. Setelah Dewi Kumalasari memengamati perilaku Jaka Panuluh maka akhirnya Dewi Kumalasari menyatakan Jaka Panuluhlah yang pantas menjadi suaminya.
Keputusan Dewi Kumalasari tidak bisa di terima oleh para Adipati sehingga menimbulkan ontran ontran.

60. Pangeran Somajaya
Kula mboten saget narimak’aken perkawis menika. Cetha menika namung rekadaya. Pramila Negari Waringin Sapta bade kula damel karang abang
Sambil berkata demikian Pangeran Soma Jaya memberikan aba-aba kepada Para Pamupu sayembara untuk menyerang Jaka Panuluh. Patih Jaya Wasesa yang berusaha menyelamatkan Jaka Panluh segera menyuruh prajurit untuk mengamankan Jaka Panuluh, maka terjadilah pertempuran yang akhirnya di lerai oleh sang Maha Prabu Gurnita.

61. Maha Prabu Gurnita/ Prabu Jaya Kumara
Cukup!!!!!!!...... ya gene nganti ana kedadean kaya mangkene

62. Prabu Jaya Kumara/ Pangeran Soma Jaya
Nuwun sewu sinuwun, wontenipun kados mekaten jalaran para Adipati lan Pangeran engkang nderek nglebeti sayembara tundonipun namung dipun kawonaken kalian lare saking dusun nami Jaka Panuluh, pramila mboten trima raosing manah.

63. Maha Prabu Gurnita/ Prabu Jaya Kumara
Kudune ora kena kaya ngono, jalaran kabeh wus dadi pepunton. Tur ta kowe kabeh kuwi para Adipati lan Pangeran kang kudune ngerti babakan tata trapsila lan uda negara. Nanging ya gene malah neraka angger anggering catur karsa bhakti, kang tegese :
sepisan ngabdi marang gusti kang akarya jagad. Kaping pindo ngabdi marang wong tua. Kaping telu ngabdi marang kejujuran kebeneran lan keadilan. Kaping papat gabdi marang bangsa dan negara.
(Improv mengenai bagaimana dan kepada siapa kita harus berbakti dan bagaimana kita harus menjujungtinggi demokrasi serta hak asasi manusia)

Setelah semua dapat memahami apa yang di sampaikan sang Prabu Gurnita selanjutnya sang Prabu Gurnita mempersilahkan Sang Resi Kunta Manik untuk memberikan wejangan tambahan kepada para Adipati pamupu sayembara.

64. Resi Kunta Manik
Mboten sisah kawula ambali mekaten kalawau dawuh ngendikanipun Sinuwun Prabu. Dengan kanthi kapilihipun Jaka Panuluh pinangka dados garwanipun Dewi Kumalasari satemenipun menika salah satunggalipun wujud demokrasi engkang agung.
Prayogi samenika mangga sedaya kalepatan kapendema ing bumining pangapura sageta ing mbenjang thukulwohing karukunan.

TAMAT
------
01-Desember 2009
------
Dokumentasi pementasan di STKIP PGRI Tulungagung. Jatim.


Penulis naska : Totok Sontro

Ide cerita : Kompol Dody Eko Wijayanto SH.Mhum

Kamis, 05 November 2009

Kilas balik kesenian tradisional Ketoprak

Apa Ketoprak itu ?

Ketoprak adalah kesenian rakyat yang berbentuk sandiwara atau drama Yang terdapat di Jawa Tengah Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Seiring dengan berjalanya waktu, kesenian ketoprak sudah berkali-kali mengalami perubahan-perubahan, mulai dari jenis musik iringan tema cerita dan bentuk penyajiannya. Sebenarnya semua itu bentuk budi daya dari para pelaku yang di dukung para pemerhati dan pecinta kesenian ketoprak untuk beradaptasi dengan berkembangnya jaman.


Bagaimana ciri khas Kethoprak?

Ketoprak ini dilakukan oleh beberapa orang menurut keperluan ceritanya. Adapun ciri khas dari ketoprak :
1. Dialog berbahasa jawa
2. Bercerita tentang Raja-raja pada abad 4 s/d abad 18. Dongeng rakyat. legenda. Mitos. juga kadang-kadang menampilkan LAKON CARANGAN “cerita made in sutradara ketoprak”.
3. Walau iringan musik ketoprak selalu berubah menyesuaikan perkembangan jaman, namun suara KEPRAK/KENTHONGAN pasti selalu terdengar.


Ada apa dengan kenthongan?

Selain cirikhas, memang dari sebuah KENTHONGAN BAMBU itulah akirnya kesenian ini bernama ketoprak. Menurut ceritanya ketoprak terbentuk pada jaman kolonial Belanda, di jaman itu selain bahasa lokal masyarakat cenderung menggunakan bahasa Belanda sehingga setelah selesai menonton kemudian orang menamai kesenian ini sebagai kesenian KETHOK FRAGHMEN karena FRAGHMEN atau PERTUNJUKAN yang di tampilkan selalu di iringi dengan KETHOK atau KENTHONGAN BAMBU. Dari asal kata KETHOK FRAGHMEN itu Kemudian lidah orang Jawa yang tidak fasih berbahasa Belanda menyebut kesenian ini KETOPRAK.


Siapa Pencipta ketoprak?

Pencipta ketoprak adalah rakyat, maka sangat tepat apa bila ketoprak mendapat predikat sebagai tontonan rakyat yang merakyat.
Sedangkan di dalam sejarah perubahan bentuk kesenian ketoprak itu sendiri terbagi menjadi beberapa istilah seperti berikut.


1. Ketoprak gejog/lesung (1887 - 1908)
Asal mula ketoprak ini terwujud dari permainan para pemuda di dusun yang sedang bermain sambil diiringi irama lesung pada saat bulanpurnama. Namun kebiasaan tersebut kini menjadi salah satu budaya dan salah satu seni drama tradisional kuno. Alat musik yang digunakan pada awalnya hanya sebuah gejog (lesung) dengan di iringi beberapa lelagon dolanan (nyanyian pedesaan) di antaranya lagu ILIR-ILIR, JAMURAN, IJO-IJO dll. Ketoprak yang masih menggunakan iringan lesung tergelar sekitar tahun 1887 dan lakon yang di tampilan hanya bercerita tentang seputar kehidupan di pedesaan.


2. Ketoprak Wreksadiningrat (1908 - 1925)

K.R.M.T.H Wreksadiningrat seorang abdi dalem Bupati Nayaka di Surakarta Hadiningrat melihat ada kandungan seni yang sangat bagus di dalam ketoprak tersebut, hal itu menggugah hatinya untuk mengangkat tontonan ketoprak menjadi salah satu bagian dari kesenian keraton. Dari situlah ketoprak mengalami pertama kali perubahan, semula hanya di iringi musik lesung kemudian iringanpun di tambah dengan kendang seruling dan terbang, nyanyian yang semula hanya lelagon dolanan akhirnya di tambah dengan sekar alit (macapat) dan sekar tengahan di antaranya MIJIL PAMULAR. PUCUNG BUPLAK. GAMBUH dll. Lakon yang di tampilkan mulai mengambil cerita-cerita berbau dongeng seperti JAKA BODO, WARSA WRASI, JAKA KUSNUN dll. Perkembangan ketoprak mampu menarik perhatian kalangan keraton. Hal itu terbukti dengan banyaknya kerandah dalem (orang dalam keraton) yang berminat mementaskan untuk beraneka macam acara yang di adakan oleh kerandah dalem, bahkan Susuhunan Mangku Negara sendiri tidak jarang menampilkan ketoprak Wreksadiningrat. Tidak di ketahui dengan jelas apa penyebab bubarnya ketoprak Wreksadiningrat, ada kemungkinan usia tua K.R.M.T.H Wreksadiningrat yang menyebabkan ketoprak tersebut sejak tahun 1925 sudah tidak pernah menggelar pementasan lagi.


3. Ketoprak Wreksatama (1925 – 1927)

Kemudian pada tahun 1925 di kampung Madyataman Surakarta berdiri grup ketoprak baru dengan nama ketoprak Wreksatama yang di dirikan oleh Ki Wisangkara bekas anggota ketoprak Wreksadiningrat. Di bawah kepemimpinan Ki Wisangkara ketoprak juga mengalami perubahan, musik iringan model Wreksadiningrat oleh ketoprak Wreksatama di perlengkap lagi dengan saron, biola, gitar, mandolin, kenong, kempul, gong. Nyanyian tetap seperti ketoprak Wreksadiningrat, tetapi lakon yang di tampilkan berubah, Ki Wisangkara sudah berani menampilkan lakon-lakon babad di antaranya cerita panji, ajisaka dan beberapa cerita-cerita berlatar belakang jaman kerajaan. Mungkin karena Ki Wisangkara terlalu berani menampilkan cerita dan pantun-pantun yang berisi sindirian kepada pemerintah atau keraton yang di kawatirkan bisa mengurangi kewibawaan kalangan keraton maka kesenian ketoprak ini akhirnya dilarang.


4. Ketoprak Krida Madya Utama (1927 – 1930)

Karena kesenian tersebut asalnya merupakan kesenian rakyat maka walaupun di larang akhirnya ketoprak tetap berkembang di daerah pedesaan atau pesisiran di Jawa Tengah sampai munculah ketoprak professional dengan nama Krida Madya Utama. Sebagai pendiri ketoprak tersebut adalah Ki Jagatrunarsa dan Ki Citra Yahman. Di karenakan Krida Madya Utama adalah ketoprak professional yang keberlangsungan hidupnya tergantung kepada penonton maka ketoprak Krida Madya Utama akhirnya njajah desa milang kori (berpindah pindah tempat) sampi ke daerah Yogyakarta.. Mulai saat itu ketoprak menjadi terkenal dan bisa mengungguli kesenian lainnya, seperti Srandul, EMprak dll.


5. Ketoprak Dardanela (1930 – 1955)

Setelah sampai di Yogyakarta ketoprak lebih di sempurnakan lagi dengan iringan gamelan jawa lengkap laras pelog, tema ceritanya mengambil babad dan sejarah dengan catatan kostum yang di pakai untuk pementasan tidak di perbolehkan menyamai aslinya “pakaian kebesaran keraton”. Menurut tulisan karya mendiang W.S Rendra masa-masa itu di sebut Jaman ketoprak GARDANELA karena ketoprak pada waktu itu sudah mulai berkreasi menggarap cerita-cerita dari luar negeri seperti Sampek Engtay, Johar Manik, Jenderal Sie Jien Kwie.


6. Ketoprak moderen (1955 – 1958)

Pada tahun 1955 ketoprak professional/tobongan benar-benar menjamur, banyak grup ketoprak bersaing dalam berbagai hal terutama tentang kreasi cerita dan pementasan, sehingga pada masa itu banyak grup ketoprak yang menambahkan sebuah kalimat moderen di depan nama grupnya, misalnya KETOPRAK MODEREN KRIDO MARDI. KETOPRAK MODEREN S 3 MAREM dll.


7. Ketoprak Gaya Baru (1958 – 1997)

Bagaikan sebuah perlombaan yang akhirnya di menangkan oleh Ki Siswondo Harjo Suwito, pada tahun 1958 ketoprak Siswo Budoyo dengan terobosan yang spektakuler berhasil menggulingkan ketoprak Moderen dan menggantikannya menjadi ketoprak Gaya Baru Siswo Budoyo Tulungagung. Begitulah perjalanan panjang sejarah ketoprak.


Apa syarat menjadi seniman ketoprak?

Jawabanya gampang, syarat menjadi seniman ketoprak harus mempunyai moto PAMER
Arti dari moto pamer adalah sebagai berikut:
P – Peka melihat situasi perubahan jaman/Pasar.
A – Aktif selalu dan jangan sampai ketinggalan.
M – Mau intropeksi untuk maju/mawas diri.
E – Enak di lihat, menarik sebagai tontonan yang menjadi Tuntunan
R - Rapi meminit secara produktif dan menjaga keutuhan grup.


Itulah arti moto pamer. Sedangkan maksut dari pamer secara positif riil dan jelas adalah sebagai berikut :

1. Cerita.
2. Pamer rupa.
3. Pamer busana.
4. Pamer tembang.
5. Pamer perang.
6. Pamer sasta.
7. Pamer akting.
8. Pamer iringan musik.
9. Pamer tata panggung dll.

Peran sang sutradara cukup penting dalam hal ini, dia yang bertanggung jawab berhasil dan tidaknya sebuah pementasan, meskitanpa meninggalkan pendukung yang lain.

(OLEH BING PRAWOTO)