Jumat, 11 Desember 2009

Treatmen Misteri Mas Kumambang

DESA SUMBER PODANG
Sulastri
Prasetya
Ki Wangsadrana
Nyi Wangsa

Sulastri (Setan)
Tukang jaga gerdu

KABUPATEN PANJER
Bupati Pranajaya
Garwa Prameswari
Raden Sasongko
Patih Setyayuda
Tumenggung Singopati
Wiro Dogel
Saru Wani

DESA MBETHEK
Sura Jaduk
Para Kraman

PADEPOKAN NGADILUWIH
Repat
Resi Dipasrana

KASATRIYAN
Para Putri-putri

Wong Desa Lanang
Wong Desa Wadon


Plot cerita
Misteri Mas Kumambang


Adegan I : Ladang
Peraga : Prasetya – Sulastri – Ki Wangsadrana/Istri
Seting : Mega
Property : Gisik/bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Sulastri anak Ki Wangsadrana dengan membawa makanan dan minuman pergi mengirim Prasetya seorang pemuda pujaan hatinya yang sedang mencangkul di sawah. Setelah beberapa saat istirahat sambil melepas rindu kemudian mereka berdua saling mengucapkan sumpah cinta sehidup semati. Ki Wangsadrana dan istrinya sangat bahagia melihat anak perempuanya telah mendapatkan calon suami seorang pemuda yang baik hati penuh budi pakerti.
Segera Ki Wangsadrana mempercepat rencana pernikahan anaknya.



Adegan II : Kuburan
Peraga : Mayat Sulastri
Seting : Mega
Property : Gisik/bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Suasana hening di puncak Gunung Maskumambang tiba-tiba menjadi seram mencekam, Kuburan yang berada di bawah pohon besar itu tiba-tiba meledak dan keluar dari dalam kubur sesosok ujut yang mengerikan dengan tertawa sesekali merintih mengerikan.







Adegan III : Gardu/ Pos Ronda
Peraga : Dua orang penjaga gardu-mayat Sulastri
Seting : Mega
Property : Pohon2 – kenthongan – lampu ting

Dua orang penjaga gardu sedang meronda. Salah seorang peronda samar-samar mendengar suara wanita yang sedang menangis. Betapa terkejut dan takutnya dua orang peronda tersebut ketika mengetahui bahwa si pemilik suara adalah sesosok mahkluk yang mengerikan, seketika kedua orang peronda itu lari terbirit-birit.



Adegan IV : Tapal batas Kabupaten Panjer
Peraga : Surajaduk-para kraman-ptih dan prajurit Panjer
Seting : Mega
Property : Tugu perbatasan – rumput pepohonan

Pertempuran antara para prajurit Kabupaten Panjer dan para kraman berakhir dengan tertangkapnya Surajadug pimpinan para kraman.



Adegan V : Padepokan Ngadiluwih (REPAT)
Peraga : Ponokawan-Resi Dipasrana-Prasetya
Seting : Rumah Desa
Property : Meja kursi – kendi

Resi Dipasrana yang merasa sudah tua dan tidak mampu melanjutkan tugas sebagai pengasuh padepokan meminta kepada Prasetya agar bersedia menjadi penggantinya, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Prasetya menerima permintaan gurunya tersebut. Setelah memberi wejangan-wejangan kepada Prasetya akhirnya Resi Dipsrana pergi meninggalkan padepokan untuk menjalankan tapa ngrame.

Adegan VI : Pendapa Kabupaten Panjer
Peraga : Bupati Pranajaya-Garwa Prameswari-Raden Sasongko-Patih Setyayuda-Tumenggung Singopati-Wiro Dogel-Saru Wani-Surajadug-Wangsadrana-nyai Wangsa

Seting : Mega
Property : Gisik /bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Surojadug yang telah menjadi tawanan di hadapkan kepada Bupati Pronojoyo. Ketika Bupati bertanya apa alasan Surojadug sehingga berani mendirikan kraman untuk membuat kekacauan di kabupaten Sidomulyo Surojadug menjawab bahwa tingkah laku putra Bupati yang suka mengumbar kesenangan di atas penderitaan rakyatlah penyebab atas semua tindakanya. Akhirnya Surojadug menerima keringanan atas hukuman yang harus dia terima. Tak lama kemudian datang Ki Wongsodrono beserta istri untuk mencari anaknya yang telah di boyong Raden Sasongko. Betapa terkejut Ki Wongso ketika dia mendapat perlakuan yang tidak pernah dia bayangakan sebelumnya, Ki Wongso yang di anggap telah melecehkan nama putra Bupati itu segera di usir dari pendapa kabupaten Sidomulya. Ki Wongso dan istri yang merasa malu dan sakit hati terpaksa harus pulang dengan hati risau karena khawatir dengan nasib anak perempuanya yang tidak bisa dia temui.



Adegan VII : Kasatriyan
Peraga : Raden Sasangka-para puti-mayat Sulastri
Seting : Senthong (Kamar tidur)
Property : Meja kursi – dipan – minuman arak

Raden Sasangka yang sedang pesta minuman keras dengan ditemani para putri-putri tiba-tiba kejang, matanya mendelik, lidahnya menjulur keluar. Setelah Raden Sasangka tewas nampaklah sesosok wujud yang mengerikan dengan posisi tanganya mencekik leher Raden Sasangka. Melihat hal seperti itu para putri menjerit ketakutan dan lari tunggang langgang.
Adegan VIII : Desa Sumber Podang (rumah Ki Wangsadrana)
Peraga : Wangsadrana-nyai Wangsa-mayat Sulastri
Seting : Rumah Desa
Property : Meja kursi – teplok/lampu gantung

Ki Wangsadrana hanya terdiam melihat istrinya yang selalu menangis siang dan malam karena memikirkan Sulastri yang tidak jelas bagaimana nasibnya. Ki Wangsa tidak dapat berbuat apa-apa selain menyesali perbuatanya. Namun suasana yang mengharukan seperti itu segera berubah, kaget bercampur gembira menghinggapi hati Ki Wangsa dan istrinya, betapa tidak, Sulastri yang membuat hati mereka kalut tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua, Sulastri pulang dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, wajahnya pucat pasi dan pakaian agak compang camping. Segera mereka berdua memeluk anak perempuan yang mereka nanti-nantikan kedatangannya itu. Di saat Ki Wangsa memeluk Sulastri tiba-tiba ujud sulastri berubah menjadi sosok yang menakutkan, Ki Wangsa segera menyambar tangan istrinya dan lari meninggalkan hantu Sulastri.



Adegan IX : Alun-alun Kabupaten Panjer
Peraga : Bupati Pranajaya-Garwa Prameswari-Patih Setyayuda-Tumenggung Singopati-Wiro Dogel-Saru Wani-Wong desa lanang/wadon-putri-putri-Wangsadrana-nyai Wangsa-Resi Dipamuda

Seting : Mega
Property : Pagar tembok – pepohonan

Bupati Pranajaya dan seluruh penghuni istana kabupaten juga beberapa kawula dengan wajah ketakutan berkumpul di alun-alun. Hati Bupati Pranajaya bertambah guncang ketika mendapat laporan bahwa Raden Sasangka tewas di tangan hantu yang menggegerkan kabupaten Panjer. Atas saran Ki patih akhirnya Bupati Pranajaya meminta bantuan Wasi Dipamuda. Dari keterangan beberapa saksi termasuk Ki Wangsadrana **** Wasi Dipamuda menyimpulkan bahwa hantu tersebut adalah arwah Sulastri yang menuntut balas atas perlakuan Raden Sasangka terhadap diri Sulastri. Akhirnya Wasi Dipamuda mengajak semua orang yang ada di alun-alun pergi ke Gunung Mas Kumambang untuk membuktikan.



Adegan II : Kuburan
Peraga : Bupati Pranajaya-Garwa Prameswari-Patih Setyayuda-Tumenggung Singopati-Wiro Dogel-Saru Wani-Wong desa lanang/wadon-putri-putri-Wangsadrana-nyai Wangsa-Resi Dipamuda-mayat Sulastri
Seting : Mega
Property : Gisik/bebatuan - pohon2 - rumput ilalang

Setelah Wasi Dipamuda berpesan agar jangan ada orang yang mendekati dirinya kemudian dia bersemadi. Sukma Wasi Dipamuda bertemu dengan hantu Sulastri yang kemudian berubah menjadi ujud Sulastri gadis desa yang cantik jelita. Wasi Dipamuda meminta agar Sulastri tidak lagi membuat geger di kabupaten Panjer. Sulastri menerima permintaan Wasi Dipamuda dengan syarat Wasi Dipamuda harus bisa membuktikan sumpah cinta sehidup semati Prasetya terhadap Sulastri, Wasi Dipamuda yang sebenarnya adalah Prasetya itu langsung memeluk erat tubuh wanita yang sangat dia cintai seakan akan dia tidak mau kehilangan Sulastri untuk yang kedua kali. Kemudian kedua Sukma tersebut pergi meninggalkan badan wadag Prasetya yang sudah tidak bernyawa, Prasetya mati untuk menepati janji. Kedua sukma yang terus berpelukan itu kemudian memudar menjadi dua sinar yang terbang jauh tinggi ke langit bagaikan Prasetya dan Sulastri yang sedang berkejar kejaran penuh cinta sejati di ladang Sumberpodang.